BRICS vs. Dolar: Apakah Stablecoin Justru Menguatkan Hegemoni AS?

🔑 Ringkasan utama

  • Ekonomi BRICS mempercepat rel digital (CBDC, stablecoin) untuk mengurangi ketergantungan pada SWIFT dan dominasi dolar.

  • Kontra-tesis: Stablecoin yang dipatok dolar bisa memperkuat hegemoni AS alih-alih melemahkannya.

  • RMB menawarkan “katup kebocoran terkontrol” melalui Hong Kong namun masih bergulat dengan kepercayaan, likuiditas, dan konvertibilitas.

  • Rel RUB tetap bersifat politis, bukan finansial.

  • Negara non-BRICS terbelah antara peluang dan ketakutan terjerat dalam orbit Tiongkok.


Ilustrasi CryptoQuibbler berupa lembar dolar digital bercahaya berdiri tegak seperti monumen, mewakili dominasi luar biasa stablecoin berpatok dolar di pasar global.

Ilustrasi CryptoQuibbler berupa lembar dolar digital bercahaya berdiri tegak seperti monumen, mewakili dominasi luar biasa stablecoin berpatok dolar di pasar global.


🗞 Kisah Utama

🌐 Dari Bretton Woods ke Perang Blockchain

Dominasi dolar AS bertahan hampir delapan dekade. Lahir di Bretton Woods, diperkuat oleh SWIFT, dan “diabadikan” lewat sistem petrodolar, greenback telah menjadi pelumas perdagangan global sekaligus senjata geopolitik paling tajam Washington.

Namun 2025 menandai titik balik: negara-negara BRICS bereksperimen dengan mata uang digital dan rel blockchain—bukan sekadar inovasi finansial, melainkan instrumen pengaruh geopolitik. Proyek seperti mBridge (BIS + Hong Kong, Tiongkok, Thailand, UEA) dan pilot CBDC Rusia bertujuan membangun sistem paralel yang suatu hari bisa menyaingi SWIFT.


🇺🇸 Perspektif AS: Tantangan dan Ironi

Bagi Washington, ini lebih dari sekadar gangguan. Jika minyak, gas, dan mineral kritis diselesaikan dalam yuan atau rubel, AS kehilangan kemampuan “memersenjatai” rel dolar lewat sanksi. Itulah mimpi buruknya.

💵 Dominasi Dolar pada Stablecoin

USDT dan USDC secara kolektif mencakup ~95–98% likuiditas stablecoin di sebagian besar venue, mempertegas dominasi dolar di on-chain.

Namun di sinilah paradoksnya:

  • Stablecoin memperkuat supremasi dolar. USDT dan USDC bersama-sama menguasai >90% likuiditas stablecoin, didukung U.S. Treasuries dan kas. Setiap token yang dicetak berarti permintaan baru untuk utang AS.

  • Rel dolar menjadi tanpa batas. Stablecoin memberi akses dolar 24/7 tanpa bank, mengglobalkan dolar bahkan ke yurisdiksi yang bermusuhan.

  • Sanksi tetap menggigit. Penerbit lepas pantai tetap bergantung pada kustodian dan auditor yang terikat hukum AS, memberi Washington “tangan panjang” ke rel kripto.

👉 Pandangan CryptoQuibbler: De-dolarisasi melalui stablecoin adalah paradoks. Dalam praktiknya, justru mengukuhkan hegemoni yang ingin dihindari.


🏛 Perspektif IMF: Terkoyak antara Efisiensi dan Fragmentasi

IMF sejak lama mendorong diversifikasi, menggunakan Special Drawing Rights (SDR) sebagai lindung nilai terhadap konsentrasi dolar. Di atas kertas, rel digital BRICS sejalan dengan misi itu: lebih banyak kanal, lebih tangguh.

Namun dalam praktik, rel tersebut menimbulkan risiko bagi peran Dana sebagai koordinator likuiditas global. Rel yang bersaing berarti:

  • Kolam likuiditas terfragmentasi → biaya FX lebih tinggi.

  • Erosi otoritas IMF sebagai mediator pilihan terakhir.

  • Pertanyaan tata kelola → Siapa yang mengadili sengketa di rel blockchain? Hukum negara mana yang berlaku?

Dana mendukung eksperimen secara hati-hati sambil memperingatkan balkanisasi finansial.


🌍 Dampak Perdagangan Global: Efisiensi vs. Fragmentasi

Sekilas, rel baru bisa menurunkan biaya:

  • Negara berkembang melewati perbankan koresponden yang mahal.

  • Ekonomi yang terkena sanksi mendapat “oksigen” perdagangan.

  • Perdagangan bilateral (mis. Tiongkok–GCC) dapat diselesaikan dengan stablecoin RMB, menekan biaya konversi.

Namun sisi negatifnya signifikan:

  • Pecahnya likuiditas: Pasar global bertumpu pada skala. Multi-rel berarti spread dan risiko basis lebih tinggi.

  • Distorsi rantai pasok: Perusahaan mungkin perlu dua kolam likuiditas (USD + RMB), menaikkan biaya modal kerja.

  • Fungibilitas berkurang: Sistem terfragmentasi mengikis “kesatuan” uang—perekat perdagangan modern.


🇨🇳 RMB: Ekspansi Terkontrol, Kepercayaan Parsial

Langkah Tiongkok cermat: menjadikan Hong Kong sebagai laboratorium lepas pantai. Dengan melisensikan stablecoin RMB dan memperluas pasar CNH, Beijing menciptakan “katup kebocoran terkontrol” yang menginternasionalisasi yuan tanpa melepas kendali modal sepenuhnya.

Namun defisit kepercayaan tetap ada:

  • Likuiditas dangkal saat stres. Pasar CNH tak sedalam buku dolar AS.

  • Hukum tidak pasti. Hak penebusan dan upaya hukum saat pailit kurang jelas.

  • Politik dominan. Saklar kebijakan bisa “menimpa” kode kapan saja.

Putusan: Berguna di koridor seperti jalur dagang BRI, tetapi jauh dari kredibilitas cadangan global.


🇷🇺 RUB: Simbolisme Ketimbang Substansi

Proyek rubel digital Rusia lahir dari kebutuhan, bukan strategi. Bagi Moskow, CBDC adalah alat melewati sanksi.

Namun kurangnya likuiditas dan kepercayaan membuat rubel tetap regional, bukan global.


🌐 Perasaan Negara Lain: Peluang vs. Piala Beracun

  • Adopter segera: ekonomi yang rawan sanksi (Iran, Venezuela) bersemangat mencari alternatif.

  • Mitra berhati-hati: ASEAN, Afrika menyeimbangkan perdagangan dengan Tiongkok namun waspada terhadap ketergantungan.

  • Para skeptis: Eropa, Jepang, Korea melihat rel RMB sebagai risiko “vendor lock-in”—piala beracun yang dibungkus sebagai diversifikasi.

Bagi banyak pihak, kalkulasinya sederhana: hedging dengan rel RMB untuk daya tawar, tetapi tetap pegang dolar untuk bertahan.


🔬 Opini Ahli

  • Barry Eichengreen, UC Berkeley:

    “Stablecoin yang didukung Treasuries adalah mesin permintaan utang AS. Mereka memperluas jangkauan dolar lebih daripada melemahkannya.”

  • Eswar Prasad, Cornell University:

    “Tanpa konvertibilitas penuh, rel RMB akan tetap parsial. Yuan dapat melengkapi, namun belum menggantikan, dolar.”

  • Hyun Song Shin, Kepala Ekonom BIS:

    “Fragmentasi uang merusak integritas. Banyak sistem stablecoin dan CBDC berisiko menciptakan silo, bukan skala.”

  • Elvira Nabiullina, Gubernur Bank Sentral Rusia:

    “CBDC lintas batas penting bagi negara yang terkena sanksi. Kami tak bisa bergantung pada rel yang bisa dimatikan sesuka hati.”

  • Zoltan Pozsar, mantan analis Credit Suisse:

    “Eksperimen BRICS adalah lindung nilai, bukan revolusi. Namun hedge tetap bisa menggeser geopolitik jika mengurangi ketergantungan pada New York dan Brussels.”

Ilustrasi CryptoQuibbler berupa peta dunia digital futuristik dengan simbol dolar bercahaya mendominasi jaringan blockchain global, melambangkan dominasi stablecoin AS.

Ilustrasi CryptoQuibbler berupa peta dunia digital futuristik dengan simbol dolar bercahaya mendominasi jaringan blockchain global, melambangkan dominasi stablecoin AS.

📝 Opini Editor 

🔁 Stablecoin: Senjata Tersembunyi Dolar

Apa yang dimaksudkan sebagai jalan keluar justru berubah menjadi penguatan. Stablecoin berpatok dolar mengunci dunia lebih dalam ke utang dan likuiditas AS. Mereka adalah “imperium tak terlihat” dari Treasuries di on-chain.

🏮 RMB: Ambisi Bertemu Kehati-hatian

Tiongkok membangun katup cerdas: cukup terbuka untuk menarik perdagangan, cukup terkendali untuk menjaga kuasa. Namun dualitas itu mengikis kepercayaan global. Anda bisa membangun likuiditas, tapi tidak bisa menghilangkan politik lewat kode.

🇷🇺 RUB: Rel Niche

Rubel dalam bentuk digital bukan mata uang pesaing. Ia hanyalah jalur hidup bagi negara yang terkena sanksi. Utilitas dalam tekanan bukanlah hal yang sama dengan penerimaan universal.

🌐 Piala Beracun bagi Negara Lain

Rel BRICS menggoda banyak pemerintah dengan biaya lebih rendah dan daya tawar. Namun ketergantungan pada sistem Beijing bisa menjebak mereka dalam hierarki kendali baru. Melindungi kedaulatan hari ini bisa berubah menjadi menyerahkan kedaulatan besok.

⚖ Putusan CryptoQuibbler

Rel digital BRICS bukan revolusi, melainkan gladi resik. Mereka melakukan hedging, fragmentasi, dan eksperimen. Namun paradoks dolar tetap ada: pemenang sejati dari proliferasi stablecoin saat ini masih Amerika Serikat. Pertarungan ke depan bukanlah teknologi vs. teknologi—tetapi kepercayaan vs. diskresi.


📘 Penjelasan Istilah

  • De-Dolarisasi: Upaya mengurangi ketergantungan pada USD dalam perdagangan/keuangan.

  • Paradoks Stablecoin: Stablecoin dolar justru memperkuat kuasa AS ketimbang melemahkannya.

  • mBridge: Pilot multi-CBDC untuk penyelesaian lintas batas (Tiongkok, HK, UEA, Thailand, BIS).

  • CNH: Yuan lepas pantai yang diperdagangkan di Hong Kong, terpisah dari CNY onshore.

  • Petrodolar: Minyak dipatok USD sejak 1970-an, memperkuat permintaan dolar.


🛬 Sumber

  • BIS – Laporan Pilot mBridge

  • IMF – “Fragmentasi Keuangan Global” (2025)

  • Bloomberg – “BRICS Cari Alternatif Dolar”

  • FT – “Stablecoin Memperluas Hegemoni Dolar On-Chain”

  • Reuters – “Rusia Dorong CBDC untuk Penyelesaian Lintas Batas”

  • Akademik: Barry Eichengreen (Exorbitant Privilege), Eswar Prasad (The Future of Money)

Comments