Thailand Meluncurkan Program Percontohan 18 Bulan untuk Konversi Kripto-ke-Baht

🔑 Ringkasan Utama

  • Thailand meluncurkan program percontohan 18 bulan yang memungkinkan turis mengonversi kripto ke baht Thailand, dengan batas 550.000 baht (~USD 17.000).

  • Inisiatif ini menggabungkan pemulihan pariwisata dengan adopsi pembayaran digital, sekaligus menangani kekhawatiran terkait pencucian uang.

  • Secara historis, sikap Thailand terhadap kripto telah bergeser dari larangan ketat menjadi regulasi pragmatis, mencerminkan tarik-menarik antara konservatisme dan inovasi.

  • Di Asia, Thailand memposisikan diri sebagai inovator berbasis pariwisata, tetapi pertanyaan tetap ada apakah program ini akan memberikan dampak ekonomi nyata.

  • Analisis CryptoQuibbler: Seperti legalisasi ganja Thailand pada 2022, langkah ini berisiko memperlihatkan kesenjangan antara kebijakan besar dan eksekusi yang berantakan.


CryptoQuibbler: turis di pasar malam Bangkok menggunakan dompet QR untuk membayar dengan kripto.

🗞 Kisah Utama

Pemerintah Thailand telah meluncurkan program percontohan 18 bulan yang memungkinkan wisatawan internasional mengonversi kripto ke baht Thailand untuk pengeluaran sehari-hari. Program ini menetapkan batas konversi 550.000 baht (~USD 16.950) per turis, dan akan dijalankan melalui bursa berlisensi di bawah pengawasan Kementerian Keuangan.

Inisiatif ini bertujuan untuk menghidupkan kembali industri pariwisata Thailand, yang meski telah pulih sebagian, belum kembali ke level pra-pandemi. Jumlah kedatangan turun dari 39,9 juta pada 2019 menjadi 33 juta pada 2025, menandakan perlunya insentif baru.

Turis akan dapat menukar kripto melalui platform berlisensi dan membelanjakannya menggunakan dompet digital yang terhubung ke sistem pembayaran lokal. Pedagang yang sudah menerima pembayaran berbasis QR dapat dengan mudah mengintegrasikan layanan ini, memastikan kegunaannya di restoran, hotel, dan ritel.

Pejabat pemerintah membingkai program ini sebagai langkah pemulihan ekonomi sekaligus eksperimen inovasi keuangan, dengan menyeimbangkan peluang dan aturan ketat AML/KYC untuk mencegah penyalahgunaan.

👉 Bagi komunitas kripto global, langkah ini memposisikan Thailand sebagai pionir dalam melegitimasi aset digital di dalam ekosistem pariwisata konsumen.

Ini bukan pertama kalinya Thailand mencoba menggunakan kebijakan sebagai katalis ekonomi.

  • 2017–2018: SEC Thailand mengambil sikap keras, melarang ICO dan menutup bursa tak berlisensi.

  • 2019–2021: Pemerintah beralih ke rezim lisensi aset digital untuk menarik investasi fintech.

  • 2022–2023: Aturan pajak atas kripto diperketat, memicu reaksi negatif, tetapi pejabat pariwisata mulai mendorong narasi kripto sebagai pendorong pertumbuhan.

  • 2025: Program percontohan ini mencerminkan sintesis akhir: kripto tidak lagi dianggap ancaman, tetapi sebagai utilitas untuk pariwisata.

Mengapa pariwisata? Karena di Asia, Thailand termasuk dalam tiga ekonomi yang paling bergantung pada sektor ini — pariwisata menyumbang hampir 18–20% dari PDB, lebih tinggi daripada Malaysia (13%) atau Indonesia (6%). Dengan jumlah kedatangan yang masih di bawah level pra-COVID (33 juta pada 2025 vs. 39,9 juta pada 2019), para pembuat kebijakan melihat adopsi kripto sebagai cara untuk membedakan Thailand dari pesaing regional seperti Singapura (pusat keuangan) atau Jepang (pariwisata budaya).

Tetapi akankah berhasil? Analis memperingatkan bahwa branding kebijakan tidak selalu menghasilkan dampak ekonomi nyata. Bahkan jika turis kripto membelanjakan lebih banyak per orang, jumlah total pengunjung mungkin tidak meningkat signifikan. Selain itu, batas konversi yang ketat dapat membatasi arus masuk, sehingga dampak pada PDB akan bersifat tambahan, bukan transformatif.

👉 Pertanyaannya adalah apakah Thailand sedang membangun model berkelanjutan untuk pariwisata kripto, atau hanya menjalankan eksperimen politik lain yang akan goyah dalam praktiknya.


CryptoQuibbler: visualisasi Parlemen dan Kementerian Keuangan Thailand terhubung oleh pipa digital emas membawa Bitcoin dan baht.

🔬 Opini Ahli

  • Srettha Thavisin, Perdana Menteri Thailand:

    “Pariwisata adalah tulang punggung ekonomi Thailand. Dengan memungkinkan transaksi kripto-ke-baht, kami memodernisasi sistem pembayaran dan menarik generasi wisatawan berikutnya.”

  • Arkhom Termpittayapaisith, Menteri Keuangan Thailand:

    “Program percontohan ini bukan tentang spekulasi. Ini tentang integrasi terkontrol — memastikan inovasi dan kepatuhan berjalan seiring.”

  • Henri Arslanian, Co-founder Nine Blocks Capital Management:

    “Thailand bereksperimen di saat negara lain ragu. Jika berhasil, ini bisa menginspirasi Singapura, Dubai, atau bahkan destinasi Eropa.”

  • Natthapol Rangsitpol, Kamar Dagang Thailand (Divisi Pariwisata):

    “Jika dieksekusi dengan baik, adopsi kripto bisa meningkatkan pengeluaran turis sebesar 5–7%. Tapi jika salah kelola, akan dikenang sebagai eksperimen gagal lainnya.”


🌟 Implikasi

  • Untuk Pariwisata: lingkungan ramah kripto dapat menjadikan Thailand destinasi utama bagi pemegang aset digital.

  • Untuk Persaingan Asia: Jepang dan Korea mungkin lebih konservatif, memberi Bangkok keunggulan sementara.

  • Untuk Inovasi Pembayaran: keberhasilan dapat mempercepat adopsi dompet QR dan penggabungan fintech-kripto.

  • Untuk Risiko: korupsi politik, lemahnya penegakan hukum, dan potensi pencucian uang dapat merusak kredibilitas.

  • Untuk Pelajaran Kebijakan: inisiatif ini akan dibandingkan dengan legalisasi ganja Thailand, studi kasus ambisius yang gagal karena implementasi buruk.


CryptoQuibbler: pantai tropis Thailand dengan turis menggunakan ponsel untuk pembayaran kripto, berdampingan dengan daun ganja yang melambangkan reformasi masa lalu.

📝 Opini Editor

🎭 Kebijakan Kripto atau Teater Politik?

Program percontohan ini mencerminkan ambisi sekaligus kelemahan. Di atas kertas, skema ini memposisikan Thailand sebagai pemimpin pariwisata kripto Asia, mengintegrasikan aset digital dengan industri terbesarnya. Namun dalam praktik, batas USD 17.000 per turis mungkin tidak menghasilkan peningkatan PDB signifikan. Program ini berisiko menjadi lebih simbolis daripada substansial.

🌏 Thailand dalam Konteks Asia

Dibandingkan rekan-rekannya, Thailand bermain dengan strategi berbeda. Jepang menonjolkan budaya dan warisan, Singapura finansial, Vietnam manufaktur. Thailand bertaruh pada pariwisata + inovasi. Strategi ini bisa berhasil, tetapi juga rentan, karena pariwisata bersifat siklikal dan sangat sensitif terhadap guncangan global. Mengintegrasikan kripto memang logis, tetapi ketahanan jangka panjang belum teruji.

⚖️ Masalah Korupsi

Thailand secara konsisten menempati peringkat rendah dalam indeks korupsi internasional. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah lisensi untuk bursa kripto dan dompet digital akan diberikan secara transparan, atau hanya kepada kelompok yang dekat dengan kekuasaan? Tanpa pengamanan, program ini berisiko menjadi saluran baru patronase politik.

🌿 Pelajaran dari Legalisasi Ganja

Legalisasi ganja pada 2022 dimulai dengan optimisme: industri baru, pendapatan pajak, pariwisata kesehatan. Kenyataannya: kekacauan regulasi, kontradiksi hukum, dan reaksi politik. Apa yang dibingkai sebagai kebijakan progresif berubah menjadi sistem tambal sulam penuh celah. Konversi kripto-baht bisa mengalami nasib serupa: tajuk berita inspiratif diikuti dengan eksekusi kacau.

🚀 Taruhan yang Dihitung

Jika dijalankan dengan transparansi dan kepatuhan ketat, Thailand dapat memposisikan diri sebagai “gerbang kripto Asia”. Tapi jika sejarah terulang, ini akan dikenang sebagai eksperimen gagal lainnya.

🧭 Putusan CryptoQuibbler

Thailand tidak hanya memungkinkan pengeluaran kripto — negara ini menguji apakah aset digital dapat tertanam dalam ekonomi nyata tanpa melanggar aturan. Apakah ini menjadi model atau peringatan, hasilnya akan bergema jauh melampaui pantai Bangkok.


📘 Penjelasan Istilah Kunci

  • AML/KYC: aturan anti pencucian uang dan verifikasi identitas pelanggan.

  • Batas Konversi: batas maksimum kripto yang dapat dikonversi ke fiat per pengguna.

  • Bursa Berlisensi: platform kripto yang disetujui regulator untuk mengelola konversi.

  • PDB Pariwisata: pariwisata menyumbang sekitar 20% dari PDB Thailand.

  • Legalisasi Ganja (2022): kebijakan Thailand yang dipuji sebagai progresif, tetapi dirusak oleh inkonsistensi regulasi.


🛬 Sumber

  • Reuters – “Thailand launches crypto-to-baht pilot to boost tourism”

  • Bloomberg – “Thailand’s post-COVID tourism policies and digital innovation”

  • Nikkei Asia – “Cannabis legalization fallout offers lessons for new reforms”

  • CoinDesk – “Crypto tourism in Asia: Thailand’s bold experiment”

  • Transparency International – “Thailand’s corruption perception and policy risks”


Comments