Pertarungan Stablecoin 2025: Inovasi AS, Blokade Global, dan Taruhan Kedaulatan

🔑 Ringkasan utama

  • AS melarang CBDC, namun melegalkan stablecoin swasta melalui GENIUS Act, Clarity Act, dan EO 14178, menjadikannya senjata hegemoni dolar.

  • Bank-bank AS melawan, memperingatkan potensi larinya deposito hingga $6,6 triliun jika stablecoin berbunga menarik tabungan tradisional.

  • Uni Eropa memperkuat kedaulatan moneter dengan MiCA dan euro digital, membangun semacam “NATO keuangan.”

  • China menempuh strategi ganda: mendorong e-CNY untuk kontrol domestik sambil meneliti stablecoin.

  • Hong Kong dan Bahrain menawarkan diri sebagai surga regulasi bagi penerbit global.

  • Stablecoin kini bukan lagi eksperimen fintech—mereka telah menjadi senjata dalam perang kedaulatan moneter baru.


Ilustrasi CryptoQuibbler dari Capitol AS diterangi simbol dolar digital, melambangkan legislasi stablecoin.

🗞 Kisah Utama

Tahun 2025 menandai titik balik di mana stablecoin berubah dari sekadar eksperimen fintech menjadi instrumen geopolitik kekuasaan moneter.

🇺🇸 AS: Menjadikan Dolar Swasta sebagai Senjata

Sementara negara lain meluncurkan CBDC, Washington memilih arah berbeda: melarang CBDC melalui Perintah Eksekutif 14178 dan, sebaliknya, mengesahkan stablecoin swasta lewat GENIUS Act dan Clarity Act. Langkah Circle dan Ripple mengajukan lisensi bank OCC bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan strategi untuk menginstitusionalisasikan “dolar digital swasta.”

Strategi ini mengingatkan pada Eurodollar 1950–70an, simpanan dolar di luar yurisdiksi AS yang justru memperluas pengaruh dolar. Kini stablecoin berbasis blockchain dipandang sebagai “Eurodollar digital” abad ke-21.

🏦 Perlawanan bank

Sektor perbankan AS melihat ancaman eksistensial. Bank memperingatkan stablecoin berbunga dapat mengalihkan hingga $6,6 triliun deposito, melemahkan model bisnis mereka. Ini bukan sekadar gesekan fintech, tetapi pengulangan digital dari perdebatan era Free Banking abad ke-19: siapa yang seharusnya mengendalikan penerbitan uang—swasta atau negara?

🇪🇺 Uni Eropa: NATO keuangan

UE mengadopsi MiCA, kerangka hukum komprehensif pertama untuk kripto, yang mengakui stablecoin tetapi membatasinya dengan aturan ketat. Bersamaan dengan itu, UE mempercepat euro digital untuk menjaga otonomi. Banyak analis menyebut ini sebagai strategi “NATO keuangan”: pertahanan kolektif terhadap mata uang digital eksternal dengan regulasi terpadu dan mata uang digital berdaulat.

🇨🇳 China: Strategi ganda kontrol dan adaptasi

China mendorong yuan digital (e-CNY) untuk kontrol domestik, tetapi tetap meneliti stablecoin. Pendekatan ini tampak kontradiktif, namun sebenarnya adalah strategi hibrida: dominasi negara di dalam negeri, fleksibilitas adaptif di luar negeri.

🌍 Hong Kong & Bahrain: Surga regulasi

Hong Kong dan Bahrain menawarkan lisensi bagi penerbit stablecoin global dengan syarat cadangan penuh dan kepatuhan AML/KYC. Seperti perbankan Swiss abad ke-20, mereka menjadikan celah regulasi sebagai peluang finansial.


Gambar CryptoQuibbler dari Parlemen Eropa dilindungi perisai euro digital melawan stablecoin.

🔬 Opini Ahli

  • Agustín Carstens, General Manager BIS:
    “Stablecoin bukanlah pengganti uang yang sehat. Mereka mewarisi kerentanan dari penerbitnya tanpa jaminan institusional.”

  • Jeremy Allaire, CEO Circle:
    “Regulasi yang jelas adalah peluang untuk menjadikan dolar stablecoin sebagai standar global penyelesaian.”

  • Regulator Layanan Keuangan UE (perunding MiCA):
    “Stablecoin global berisiko menyedot likuiditas bank lokal dan melemahkan stabilitas UE. Euro digital adalah perisai kami.”

  • Chris Larsen, Co-founder Ripple:
    “Mendapatkan lisensi bank bukan sekadar ekspansi—ini adalah langkah pertama menuju konvergensi antara keuangan tradisional dan kripto.”


🌟 Implikasi

  1. Inovasi vs Stabilitas — AS merangkul inovasi; UE dan China memprioritaskan stabilitas.

  2. Dolarisasi swasta — Stablecoin pada dasarnya adalah perpanjangan privat dari hegemoni dolar.

  3. Keuangan global terfragmentasi — Regulasi yang berbeda membelah dunia menjadi blok lisensi terbuka vs kedaulatan ketat.

  4. Perang CBDC vs Stablecoin — Stablecoin swasta AS menghadapi euro digital dan e-CNY.

  5. Taruhan kedaulatan — Kontrol atas mata uang kini bukan sekadar ekonomi: ia adalah geopolitik yang dikodekan dalam uang.


Ilustrasi CryptoQuibbler papan catur geopolitik dengan USD sebagai bidak dominan, mewakili pertarungan stablecoin vs CBDC.

📝 Opini Editor

🏦 1. Esensi uang: mengapa stabilitas penting?

Sejak awal, uang bukan hanya alat tukar tetapi kepercayaan yang dilembagakan. Koin logam dipercaya karena nilainya, uang fiat modern dipercaya karena jaminan negara. Pertanyaan kuncinya selalu: “Siapa yang bertanggung jawab pada akhirnya?”
Stablecoin tidak punya jawaban: jika penerbit gagal, tidak ada jaminan berdaulat.

🔍 2. Pelajaran dari shadow banking

Krisis 2008 dipicu oleh shadow banking: instrumen swasta yang tampak seperti “uang tunai aman” tapi runtuh di bawah tekanan.
Stablecoin mengulang logika itu. Mereka terlihat seperti dolar digital, tetapi bergantung pada pool aset privat tanpa asuransi atau lender of last resort. Sebuah run pada stablecoin bisa mereplikasi 2008—dengan kecepatan digital.

🌐 3. Uang dan kedaulatan: mengapa negara ikut campur?

Uang tidak pernah netral: ia selalu cerminan kedaulatan.

  • AS menggunakan stablecoin untuk memperluas dominasi dolar.

  • UE meluncurkan euro digital untuk mempertahankan otonomi.

  • China menggabungkan kontrol internal dengan adaptasi eksternal.
    Stablecoin adalah infrastruktur geopolitik, bukan sekadar fintech.

⚖️ 4. Filosofi regulasi

Sejarah keuangan berayun antara inovasi dan kontrol.

  • Di abad ke-19, era Free Banking AS berakhir dengan banyak kebangkrutan.

  • Fed didirikan tahun 1913 untuk menjamin kesatuan dan integritas uang.
    Hari ini, debat stablecoin mengulang ketegangan lama: kebebasan berinovasi vs kewajiban negara menjaga stabilitas.

🔮 5. Pertanyaan edukatif yang lebih dalam

CryptoQuibbler mengajak pembaca merenung:

  • Apa itu uang: teknologi, atau kepercayaan yang dijamin negara?

  • Siapa yang bertanggung jawab terakhir: penerbit swasta, negara, atau tidak ada?

  • Sejauh mana inovasi bisa dibiarkan tanpa menghancurkan stabilitas?

Verdict:
Stablecoin bukan sekadar aset digital. Mereka adalah eksperimen hidup dalam sejarah moneter dan ujian kedaulatan serta kepercayaan.
2025 akan dikenang bukan hanya sebagai tahun regulasi kripto baru, tetapi saat negara-negara mulai mendefinisikan ulang esensi uang.


🛬 Sumber

  • Financial Times – “US banks lobby to block stablecoin interest over fears of deposit flight”

  • Arnold & Porter – “Analyzing the GENIUS Act”

  • Barron’s – “Ripple, Circle eye bank charters”

  • Atlantic Council – “Everybody Wants a Stablecoin, Even China”

  • Dokumentasi resmi MiCA (UE)

Comments