Aliran Kripto Iran Turun 11% di Tengah Tekanan Sanksi dan Peretasan Exchange

🔑 Ringkasan utama

  • Aliran kripto terkait Iran mencapai $3,7 miliar antara Januari–Juli 2025, turun 11% dibanding tahun lalu.

  • Juni anjlok 50%, dan Juli jatuh 76%, penurunan bulanan paling tajam yang pernah tercatat.

  • Penyebab: pengetatan sanksi oleh AS/UE serta peretasan besar pada exchange regional.

  • Kasus ini menyoroti dualitas kripto: alat menghindari sanksi tetapi rapuh terhadap titik kendali terpusat.


CryptoQuibbler ilustrasi bendera Iran larut menjadi kode digital, melambangkan penurunan aliran kripto.

🗞 Kisah Utama

Selama lebih dari satu dekade, Iran memanfaatkan kripto sebagai jalur keuangan alternatif untuk melewati sanksi internasional—mulai dari pembayaran minyak, impor, hingga remitansi lintas batas.

Namun, laporan terbaru dari TRM Labs (2025) menunjukkan pembalikan tajam: aliran kripto Iran hanya mencapai $3,7 miliar dalam tujuh bulan pertama 2025, menandai penurunan 11% year-on-year.

Kontraksi makin parah di pertengahan tahun:

  • Juni turun lebih dari 50%,

  • Juli anjlok lebih dari 76%.

Penurunan drastis ini dipicu oleh dua faktor utama:

  • Penegakan sanksi – Departemen Keuangan AS dan regulator UE meningkatkan tindakan terhadap exchange dan mixer yang terkait dengan Teheran.

  • Peretasan exchange – Serangan siber pada platform regional menguras likuiditas dan merusak kepercayaan pasar.

Sebelumnya, Iran termasuk dalam 20 besar negara dengan volume Bitcoin P2P tertinggi. Kini, penurunan tajam ini menunjukkan bahwa hubungan antara penghindaran sanksi dan ketahanan kripto semakin melemah.


CryptoQuibbler visual ruang server exchange diretas dengan peringatan serangan siber serta logo Bitcoin dan Tether.

🔬 Opini Ahli

  • Dr. Alex Zerden, peneliti senior di Center for a New American Security (CNAS):

“Pengalaman Iran membuktikan batasan penggunaan kripto sebagai jalur penghindaran sanksi. Regulator kini mampu menutup celah lebih cepat.”

  • Tom Robinson, Co-Founder Elliptic:

“Aliran kripto tidak akan lenyap dari ekonomi yang terkena sanksi, tetapi penegakan hukum dapat mengubah arah likuiditas. Biasanya, dana berpindah ke saluran yang lebih gelap dan sulit dilacak.”


🌟 Implikasi

  1. Blueprint regulasi – Kasus Iran bisa menjadi contoh bagaimana sanksi menekan arus kripto ilegal tanpa melarang protokol.

  2. Kerapuhan titik kendali – Kode desentralisasi tetap berjalan, tetapi exchange terpusat menjadi titik rawan.

  3. Perubahan permintaan pasar – Berkurangnya permintaan dari Iran bisa menurunkan aktivitas BTC dan stablecoin di jalur abu-abu.

  4. Preseden global – Negara lain yang terkena sanksi (misalnya Rusia, Venezuela) akan memandang Iran sebagai studi kasus.


CryptoQuibbler grafik timbangan yang memperbandingkan sanksi dengan staking Ethereum.

📝 Opini Editor

⚖️ Kripto sebagai Katup Pengaman Sanksi
CryptoQuibbler menafsirkan penurunan aliran Iran sebagai degradasi strategis. Selama ini, kripto diposisikan Teheran sebagai penyelamat terhadap sanksi. Namun, runtuhnya aliran pada 2025 membuktikan kripto hanyalah jalur rapuh yang mudah terganggu oleh sanksi dan peretasan.

🔍 Paradoks Visibilitas
Tidak seperti hawala atau emas selundupan, setiap transaksi tether bisa dilihat. Tetapi transparansi tanpa kekebalan justru menjadi liabilitas. Kasus Iran membuktikan bahwa ledger terbuka mempercepat deteksi dan menjadikan visibilitas sebagai kerentanan.

🌐 Stablecoin dan Kedaulatan
Ketergantungan Iran pada USDT mirip fenomena Eurodollar—pasar bayangan yang mengekspor kekuatan moneter AS. Ironisnya, stablecoin membawa risiko geopolitik: alat penghindaran sanksi yang justru bergantung pada aset yang terkait AS.

🏦 Titik Kendali vs. Ketahanan Desentralisasi
Kontrak Ethereum tahan sensor, tetapi exchange dan broker tidak. Penegakan hukum menghantam perantara, bukan protokol. Iran membuktikan bahwa ketahanan kripto hanya sekuat titik perantara manusianya.

🔮 Preseden Global yang Sedang Terbentuk
CryptoQuibbler melihat kasus Iran sebagai preseden kebijakan: regulator dapat menahan arus kripto ilegal tanpa melarang blockchain. Pertanyaan strategisnya: apakah pendekatan ini membunuh inovasi—atau sekadar mendorong arus ke jalur yang lebih gelap?

Verdict: penurunan 11% di Iran bukan sekadar statistik—ini sinyal geopolitik. Kripto telah memasuki arena sanksi, kedaulatan, dan risiko sistemik. Masa depannya bergantung apakah ia matang sebagai infrastruktur keuangan atau tetap menjadi saluran rapuh dalam pertarungan global.


🛬 Sumber

  • CryptoNews – “Iran’s Crypto Flows Drop 11% in Q1 of 2025 Amid Geopolitical Strains and Exchange Hack: TRM Report”

  • TRM Labs – Regional Risk Assessment, 2025

  • CNAS – Illicit Finance & Blockchain Policy Papers

  • Elliptic – Sanctions Evasion in Digital Assets

Comments